Merindu Sang Permata Hati



Bismillahirrahmanirrahim...

Tiada daya dan upayaa melaikan atas pertolongan Allah SWT.
Saya ingin menceritakan sedikit kisah tentang merindu sang permata hati. Bukan tentang usaha kami dalam menjemput buah hati, melainkan ini semua tentang campur tangan Allah dalam setiap yang kami lalui. Kami hanya berdoa dan berikhtiar, mencoba mengetuk pintu langit dan bumi hingga pada waktu yang tepat, Allah hadirkan ia dalam kehidupan kami. Aamiin yaa rabbal alamiin. InsyaAllah.


Di tulisan sebelumnya saya lebih banyak memposting tentang aliran rasa kekecewaan dan kesedihan. Bismillah, sekarang saya pun ingin mengalirkan rasa dan pengalaman yang saya lalui untuk menjemput sang Permata Hati. Semoga bisa diambil hikmah.



The Journey Has Began 

Kita cerita dari awal pernikahan ya. Saya dan suami menikah pada tanggal 6 Mei 2018. Waktu itu usia kami sama-sama berumur 24 tahun. Kami sama" lahir di Bandung namun setelah menikah qodarullah saya harus ikut dengan suami yang ditempatkan kerja di Makassar. Awal pernikahan kami memang tidak merencanakan untuk mempunyai anak dalam waktu dekat. Namun, seiring berjalannya waktu, kami ingin rasanya untuk merasakan kehadiran buah hati ditengah-tengah kehidupan kami. Menjadi pelipur lara saat kami merindukan kampung halaman dan hangatnya keluarga. Sebenarnya mungkin kami tidak sengaja berucap untuk ingin menunda kehamilan, tapi setelah menikah rasa ingin memeliki momongan kian menguat. Belum lagi pertanyaan sana sini yang nanyakan kabar "kapan punya anak ?"

Di awal-awal pernikahan sebenarnya kami masih sama-sama beradaptasi. Menikmati roler coasternya pengantin baru. Euforia bahagia saling publikasi di media sosial merasakan bahagianya punya suami mungkin berjalan 2-3 bulan, karena setelah itu kami haru melewati fase mengenal pasangan lebih jauh lagi. Kami pun melewati juga fasa berdamai dengan masa lalu, seperti luka-luka pengasuhan, perbedaan cara asuh yang akan mengakibatkan perbedaan pendapat. Menyesuaikan diri untuk saling mengerti satu sama lain, dan berusaha untuk menangkap Pesan Cinta-Nya.


Amanah Dari Allah 

Seiring berjalannya waktu, Alhamdulillah di bulan September 2018, tepatnya di bulan ke-4 pernikahan kami, Allah memberikan saya amanah buah hati. Tespect pertama yang saya beli, langsung menunjukkan 2 garis merah. MasyaAllah Tabarokalloh. Allah memberikan rasa bahagia ini dengan merasakan rasa penuh cinta walau hanya mengetahui kalau saya baru saja positif hamil. Kalau kata penyanyi Andien, "mencintaimu jauh sebelum kulihat wajahmu", memang begitu terasa sekali. Rasanya campur aduk sih, di kehamilan pertama ini justru kami tidak berencana promil. Dan sebenarnya edukasi kami tentang kehamilan belum begitu banyak. Kami hanya diberi informasi untuk segera periksa ke dokter kandungan begitu mengetahui hasilnya positif.
Usia 4 minggu saya ke dokter dan baru ada penebalan dinding rahim, jadi 2r minggu lagi saya harus kontrol ulang ke dokter.
Usia 6 minggu kehamilan, kantung janin mulai terlihat, alhamdulillah senangnya.Dan saya harus mendatangi lagi dokter di 2 minggu berikutnya untuk mendeteksi denyut jantung.


Ujian Dari Allah

Qodarullah di minggu ke-8 saya dokter untuk ke usg ternyata janin saya tidak berkembang dan saya di vonis BO (Blighted Ovum). Rasanya shock dan bingung karena saya tidak tahu ada kasus seperti ini, saya belum menyiapkan mental apa-apa. Diruangan dokter saya menangis ditemani oleh teman ssekaligus tetangga, qodarulloh suami sedang kerja jadi tidak bisa menemani saya untuk kontrol ke dokter kandungan saat itu. Saat itu dokter bilang kalau bakal calon bayi saya harus dikeluarkan, atau menunggu 2 minggu lagi sambil observasi. Akhirnya saya memutuskan untuk tunggu 2 minggu dan cari second opinion.

Di minggu ke 9 saya coba cari second opinion ke dokter lain walau hasil tetap sama, setidaknya saya sudah lebih tenang dari sebelumnya. 5 hari kemudian, suami saya mendadak harus dinas keluar kota lebih kecil di Sulawesi Tengah. Saya coba konsultasi dengan dokter apakah memungkinkan kalau saya ikut terbang. Melihat kondisi saya yang cukup fit dan sehat, dokter mengizinkan saya untuk terbang, dengan catatan kalau ada flek segera harus ke rumah sakit.

Satu minggu berlalu di kota Luwuk, Sulawesi Tengah minggu ke10, janin saya keluar dengan sendirinya. Kondisi yg sangat jauh dari keluarga dan juga keterbatasan nakes, menjadi pengalaman yg tidak terlupakan. Saat itu mungkin saya tengah mengalami titik terendah dalam hidup saya. Management stress saya sangat kacau, hingga akhirnya saya mengalami rasa sedih yg cukup terulang-ulang.

Cerita lengkapnya bisa dibaca di instagram saya hehe, klik disini:

My Belighted Ovum Pregnancy - Part 1

My Belighted Ovum Pregnancy - Part 2

My Belighted Ovum Pregnancy - Part 3


Recovery 

Efek dari keguguran dan stress, haid saya menjadi kurang teratuur. Pernah siklus haid sampai 40 hari, berharap tespect positif kembali nyatanya tidak, padahal saya merasa seperti mengalami gejala" awal kehamilan. Ternyata itu hanya syndrom pregnancy katanya.

Lewat dukungan suami dan orang" terdekat akhirnya saya bisa recovery. Walaupun membutuhkan waktu cukup lama, terutama dari segi psikologis saya saat itu.  Saya sering mendengarkan kajian supaya hati saya tenang. Setelah itu saya mulai melek dengan kesehatan. Mencari pola apa yang salah dan apa yang harus diperbaiki. Saya pun mencoba untuk mengelola hati dan fikiran supaya tidak stress karna bisa memicu hormon yg tidak seimbang.

MasyaAllah lewat ujian yg Allah kasih, Allah tunjukan semua jalan itu kepada kami. Saya mulai mempelajari apa yang seharusnya dipersiapkan untuk kehamilan, menjaga kesehatan sampai pola untuk berhubungan yang optimal. Hingga akhirnya kami bangkit dan semangat untuk melakukan promil kembali.


Ikhtiar 

Di bulan Maret 2019, saya menemukan akun Dr. Zaidul Akbar dari postingan teman di instagram. Postingannya membahas tentang promil menggunakan produk Allah. Akhirnya saya mengikuti semua postingan tersebut, berusaha mempelajari dan sedikit demi sekit mengikuti pola JSR. Awalnya agak sulit merubah kebiasaan, terutama ketika pasangan kita belum bisa sejalan dengan pola baru tersebut.

Sedikit demi sedikit saya mulai mencoba membuat infused water buah, rimpang dan sayur (walau tidak setiap hari). Mengganti nasi putih dengan nasi merah (hanya berjalan sebulan). Dan memperbanyak puasa, saya coba rutinkan senin kamis.
Tapi ke istikomahan kami benar" diuji. Banyak ajakan teman kantor suami untuk makan jadi kadang mulai tidak terkontrol.

Bulan September 2019, ada kajian Dr.Zaidul Akbar datang di Kota Makassar. Saya dan suami menyempatkan diri untuk datang dan saat itu menjadi titik balik saya dan suami untuk benar" mengistikomahkan pola JSR. Mungkin saat mengikuti kajiannya secara langsung, ada feel yg berbeda sehingga kami benar" tersadar dengan pola makan kami yg tidak sehat sebelumnya.

Kami mencoba promil dengan smua produk Allah yg direkomendasikan dan bagus untuk kesuburan. Saya tidak memikirkan spesifiknya ikhtiar mana yg dikira" akan berhasil, tapi yang ada dipikiran saya saat itu adalah berjuang untuk bisa hidup sehat.

Berikut beberapa ikhtiar bumi yg kami lakukan.

  • Saya dan Suami meminum Habbatusauda dari bulan Agustus 2019 (rutin setiap hari 2x2 tablet perhari, pagi dan malam) 
  • Meminum rebusan buah dzuriyaat, habis 10 buah (rutin kurang lebih sebulan) 
  • Makan kurma muda atau jenis kurma lainnya 
  • Rutin minum madu plus jeniper tiap pagi 
  • Malam minum madu dan minyak zaitun (jarang")
  • Cemilan diganti kurma, almond atau kacang"an lain (baru almond dan kuaci)
  • Minum rebusan rimpang tiap pagi dan malam. Saya lebih sering meminum minuman ultimate (Jahe,sereh,kunyit,kayumanis dan jeruk nipis) biasanya di mix tergantung stok rimpang yg ada. 
  • Stop Glutten, Gula putih, gorengaan
  • Ganti Nasi putih dengan nasi merah atau Nasi Kongbap atau sama sekali makan tanpa nasi 
  • Perbanyak Buah dan Sayur. 
  • Makan buah Alpukat 
  • Suami pernah dibuatkan ramuan memperbanyak sperma (kunyit dan habbat) namun hanya berlangsung 3x. 
  • Olahraga rutin, Berenang 1-2 kali seminggu, jogging 2 minggu sekali (harusnya bisa lebih rutin)
  • Berhubungan rutin 2/3 hari sekali dengan Happy (menjaga mood setiap pasangan agar selalu happy dan tidak ada tekanan apapun)
  • Puasa Senin Kamis dan Ayamulbidh 

Wanita Pilihan Allah 

Disamping perjuangan saya untuk promil, tentunya ada pergolakan batin juga ketika melihat orang lain yg sudah hamil namun saya tak kunjung hamil. Rasanya perjuanganku lebih berat dari orang lain, merasa diri paling susah saat itu. Baper ? Seriing sekali rasanya. Tapi saya coba teguhkan kembali hati saya, berdoa untuk dikuatkan kembali dan meng- afirmasi kembali kalau saya pun bisa hamil, hanya waktunya saja yg berbeda. Berdoa kalau ada seseorang yg sedang menunggu saya dan Allah yg menentukan kapan ia akan hadir ke dalam rahim saya. 

Saya sempat menonaktifkan medsos, karna inner circle saya postingannya smua tentang anak maupun kehamilan. Ada yg posting tiap hari, mengeluh karna morning sicknessnya, disisi lain saya justru ingin merasakan bagaimana rasanyaa menjalani kehamilan. Istighfaar. Saat hati mulai berbelok maka saya putuskan untuk berhenti dari semua medsos. Lebih banyak mendengarkan kajian. Sampai saya mendengar salah satu kajian ustadz, yg intinya kalau kita bersyukur maka Allah akan menambah kenikmatan kita. Jika seseorang diberi kenikmatan oleh Allah, maka doakanlah. Minimal Allah akan berikan hal yg sama sebagai balasannya dan bahkan bisa lebih dari itu. Akhirnya setiap ada yg postif hamil atau melahirkan saya tidak lagi menghindar karna saya tau sebenarnya sikap ini adalah sikap yg salah. Saya sapa dan doakan mereka dengan doa yg baik, sambil didalam hati pun saya ikut berdoa. Jadi pengelolaan hati benar" sangat dibutuhkan, terutama untuk saya yg masih banyak sekali kekurangannya.

Ada beberapa orang yg mencibir saat saya melakukan ikhtiar dengan meminum rimpang, minum kunyit ga takut rahimnya kering ya ? Berapa kali saya jelasakan pun mungkin mereka tidak percaya. 

Sungguh kami semua yang sedang menanti hadirnya sang permata hati adalah wanita-wanita hebat pilihan Allah. Kitalah wanita istimewa itu, saat mereka tidak merasakan perjuangan yg kita upayakan. Tak apaa, ingat saja bahwa kamu adalah wanita hebat pilihan Allah.


Ikhtiar Langit 

Jangan lupa ikhtiar langit juga dikerahkan. Perbanyak ibadaah dan banyak beristighfar juga sedekah. Dzikit pagi petang. Perbanyak sholat sunah dan tilawah quran. Mencoba lebih dekat lagi dengan Allah dan berdoa lebih khusyu. Mencoba rutinkan puasa senin kamis. Dan lebih banyak berbuat baik kepada orang tua. Karna kondisi kami merantau jauh dari orang tua, kami mencoba untuk selalu berkomunikasi dan minta ridho dan doa mereka untuk kami disini. 

Ada suatu masa ketika kami benar" pasrah, kami malah berdoa ingin umroh tahun ini supaya bisa berdoa di tempat mustajab. Setelah itu kami mulai intens untuk meminta doa spesifik meminta keturunan dari kedua orang tua.
Setelah merasa pasraah apapun yg Allah teetapkan rasanya hati ini menjadi semakin tenang. Mencoba untuk tidak memaksakan doa, namun tetap bermunajat dengan penuh harap. Seperti mengayuh sepeda, tidak bosa untuk selalu mengulang doa.


Penutup 

Itulah kisah kami dalam perjalanan menjemput permata hati. Sinar harapan kami tidak pernah pudar. Nikmati setiap prosesnya, tetap positif thinking sama Allah, menunggu dan tetap yakin ada seseorang yg sedang menunggu di Lauhul Mahfuz sana untuk hadir di rahim kita. Semoga Allah Al-Muhyi yang Maha Menghidupkan segera meniupkan ruh kedalam harim kita dan Allah perkenankan ia untuk tumbuh, berkembang dan lahir ke dunia dari rahim kita.  InsyaAllah, Allah akan berikan pada waktu yg tepat. Aamiin yaa rabbal alamiin.




Satu lagi yang bikin saya tetap semangat untuk promil adalah karna bertemu dengan orang-orang yang sama sedang dalam penantian. Penantian saya ini tidak seberapa dengas mereka yang sudah berjuang bertahun-tahun lamanya, MasyaAllah. 

Komentar

  1. MasyaAllah, semoga sehat selalu yah bumil syg, jazakillahu khairan sudah sharing, moga lancar prosesnya :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer